Motivasi Menulis Setiap Hari dan Menerbitkan Buku
Resume Materi Keduapuluh Lima
Motivasi Menulis Setiap Hari dan Menerbitkan Buku
Tanggal : 1 Mei 2020
Waktu : 13.00 - 15.00
Narasumber : Dadang Kadarusman
Selamat siang semuanya, semoga sehat semuanya dan dapat berpuasa
di bulan ramadhan yg indah ini. Siang hari ini kita akan mendaptkan pengetahuan dan pengalaman
dari seorang yang luar biasa. Beliau adalah bapak Dadang Kadarusman. Kuliah online lewat online ini akan dipandu bapak Bambang
Purwanto Bandung.
Berikut perkenalan dari beliau:
Berikut perkenalan dari beliau:
Nama saya Dadang Kadarusman.
Ayah saya seorang guru sekolah dasar. Ketika saya masih kecil,
beliau sering membawakan buku2 bacaan. Dari situ saya jadi suka membaca. Dan
dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak
kecil saya sudah menulis.
Sampai hari ini, alhamdulillah Allah kasih saya kekuatan untuk
terus menulis
Dalam forum ini mungkin saya hanya bisa membawakan materi sedikit
saja karena adanya keterbatan ilmu saya dan hal-hal lainnya. Namun semoga yang
sedikit ini bisa menjadi tambahan referensi bagi bapak ibu yang ingin
meningkatkan kemampuan menulisnya.
Saya rasa perkenalannya cukup sekian dulu ya. Jika bapak dan
ibu ingin mengenal saya lebih lanjut silakan kunjungi website saya
www.dadangkadarusman.com.
Tema kita kali ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan
MENERBITKAN BUKU.
Ada sebuah dialog umum.
"Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?"
Ada sebuah dialog umum.
"Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?"
"Ya cara menerbitkan buku, jawabnya"
Saya tidak tahu apakah hal itu juga dihadapi oleh bapak ibu di forum ini
Pikiran dia tentang "Cara Menerbitkan buku." Apa itu yang harus diperbaiki?
Bapak Ibu ketahuilah bahwa hari ini, menerbitkan buku itu sangat
mudah sekali.
Tapi dari dialog sederhana itu kemudian saya melihat ada 1 aspek
yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa buku. Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan bukunya.
Melainkan pada MENULIS SETIAP HARInya
Beda dengan 20 tahun lalu ketika saya pertaman kali ingin
menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali. Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada
titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit.
Kita, tidak perlu mendatangi penerbit lagi mereka yang datang kepada kita. Kan enak ya kalau begitu. Buku-buku saya pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan
menwarkan untuk menerbitkan naskahnya. Nantinya tinggal bapak ibu aja mau menerbitkannya atau tidak. So, pembahasan kita kali ini akan saya fokuskan kepada cara
menulis setiap harinya. Sebab saya percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill
menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari.
Jadi pelajaran pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan
buku itu susah. Gampang banget. Lalu bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari? Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis
setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga
jiwa. Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu
ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan.
Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu dan itu terjadi secara refleks saja
Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan
itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Padahal, belum tentu ada yang mau dengan kan?
Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk
mencurahkan perasaannya. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa
mencurahkannya disana yaitu, selembar kertas dengan pena. Kalau dulu menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Yang ketiga. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih
sehat.
Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri. Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS
Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri. Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS
Jadi, bapak ibu sekalian. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi
penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. Seberapa banyak?
Kalau saya pribadi, 1 hari 1 artikel.
Kan jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada
ketentuan jumlah kata
Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan
jumlah katanya kan ya? Hal itu membuat penulis pemula kesulitan. Kenapa ? Karena bukan hal yang mudah untuk menuanggkan gagasan
secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Maka bagi saya, ukurannya adalah "1 Artikel". Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis
sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya . Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang
"KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Oya, kenapa saya pakai kata KALAU? Duh, sedih banget ya. sudah cape-cape nulis tapi kok nggak ada
yang baca.
Nah, ini penting bapak ibu.
Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada
yang baca apa nggak
kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya
positif kan ya
Kan tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya
memberi feedback negatif. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca
orang, yakin deh, bakal dibaca. So, yang penting menulis saja dulu. Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan
diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya. WHAT makes you write something? Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis? Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti
ditengah jalan. Pertanyaan ini sederhana. Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada. Dulu,
saya pernah berada di level itu. Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang
mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?
Saya menulis untuk mendapatkan uang, karena saya butuh untuk biasa
sekolah.
Apakah saya berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya. Lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan. Saat itulah kemudian saya sadar bahwa, menulis karena ingin
mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi saya. Dan sampai sekarang, saya menulis BUKAN untuk uang. Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama
dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu
kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita
Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah,
yang ini menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita.
Kita juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang
kita harapkan dulu ketika saya menulis karena uang, kadang saya kecewa karena
penerbit menolak. Seperti diremehkan oleh mereka deh rasanya. Royalti penulisan buku misalnya. Ini pertanyaan banyak orang. Lalu kalau menulis setiap hari Idenya dari mana? Nah ini penting saya sampaikan. Pegang teguh prinsip itu. Bapak ibu, segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita
adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja. Berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan
indra ke 6 kita? Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA. Maka itu berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT
banyak. Contoh. Hal apa yang bapak ibu tangkap dengan panca indra
sekarang?
Ada bunyi AC? Itu sumber ide. Ada suara seseorang yang lewat didepan rumah? itu sumber ide. Ada bunyi PRAAAANG! gara-gara panci jatuh? semua sumber ide.
Dan ide itu, hanya butuh sentuhan berupa mengolah pikiran yang
kemudian menuangkan hasil olah pikir itu kedalam tulisan dan karena rangsangan itu selalu ada setiap hari, maka kita semua
sebenarnya bisa menulis setiap hari.
Sesi Tanya Jawab dari peserta:
Sesi Tanya Jawab dari peserta:
Saya Dwi Mulyanti
Dr SMKN 1 Kademangan Kab. Blitar
Pertanyaan saya
- Berapa lama pengalaman bapak mengasah menulis hingga akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
- Sebagai permulaan, Seperti apa strategi dan Tips memilih penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan?
Jawaban: Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai
ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1. Kapan mulai
dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan
terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang.
Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat
tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit.
bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama
saya untuk diercaya penerbit. #2. Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak usah
menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula
butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu terus ikut kursus
menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan
penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa menghubungkan kita dengan
penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal; Fokus dulu kepada proses
mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karyawa ibu berseliweran
diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi seperti lampu yang menarik
perhatian para laron.
Saya Syukri dari padang mau tanya sama bang deka, yang
pertama,nulis setiap hari kalau dipaksakan mungkin bisa ya bang. Tapi tentang
Themanya apakah harus terstruktur atau bagaimana bang. Yang kedua berapa banyak
kah kita harus nulis per hatinya? . Yang ketiga untuk masa berapa lama tulisan
trsebut kita kumpulkan?. Makasih atas jawabannya bang deka.🙏
Jawaban: Baik Pak Syukri. Betul pak, kalau dipaksa bisa. Tapi, 'paksaan'
adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang
belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah mulai menulis
sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja dibisa HR. Bahkan
bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa.
1. Mengenai Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan? Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya
1. Mengenai Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan? Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya
2. berapa banyak perhari? Targetkan 1 karya tulis. Sepanjang apa?
Berapa kata? Bebas. yang penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran
sehingga pembaca mengerti. Contoh,. jika kita ingin menulis dengan tema
"PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata.
Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa
menerima atau mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu
sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan
ditingkatkan
3. Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan. kecuali jika
bapak punya kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah
harus selesai. Kalau bapak menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda
lagi.
Nama saya Heni Ekawati, S.Pd, M. Pd, Asal sy dr Aceh,,sy betugas
di SLB. B YPAC BANDA ACEH. Saya ingin bertanya pak,,dari mana awalnya sy bercerita yang saya
ingin menuliskan tentang kisah Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara.
Jawaban: Dari kalimat "DUNIA TANPA SUARA" saja sudah mengundang
pertanyaan orang."Apaan sih maksudnya?" Saya contohkan ya. Saya akan memulai sebuah tulisan dengan tema
itu. nanti bisa ibu lihat bagaimana mengawali tulisannya.
Paragraf 1: Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana
seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali
harimu kan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar
terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak
segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
Silakan bu Heni lanjutkan dengan tulisan sendiri. Dan saya akan
melanjutkan dengan tulisan saya.
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf terakhir saya begini:
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti? Sudah sampai pesannya nggak dengan 3 paragraf itu? Minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
Paragraf terakhir saya begini:
Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti? Sudah sampai pesannya nggak dengan 3 paragraf itu? Minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. Kalau saya
bilang: MULAI SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran Ibu. Insya
Allah. nanti akan mengalir dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya sebelum
menulis bilang begini: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing
saya ya Allah ya.
Ijinkan saya menambahkan bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk ya. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku. Kalau kita kan ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat buat kita. Mengenai tidak pede. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan bahwa dalam proses latihan menulis, kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. kan di sekolah dulu ada pelajaran mengarang ya. bu gurunya bilang panjang tulisan minimal 1500 kata. Widiiih, bagi pemula mah pusing banget. Jadi nyantai aja. Dan tadi kita bahas juga tentang, tidak usah baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan kita. Kita cuek maksudnya? Bukan. Tapi, kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif. Kesimpulan: Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Saya bilang, hey boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan penuh kekaguman. So menulislah.
itulah pentingnya menemukan WHAT MAKES YOU WRITE yang tadi kita
bahas. Karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah kita. Tapi jawabat dari WHAT tadi sifat individual. Kalau kita menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika hasil
karyawa kita nggak jadi uang banyak. Tapi kalau kita punya alasan yang lebih tinggi lebih mulia lebih
bernilai Insya Allah akan istiqomah. Saya, misalnya. Sekarang menulis lebih karena ingin agar Allah
mengajari saya sesuatu. lalu yang Allah ajarkan itu saya bagikan kepada orang
lain. Dengan itu, maka saya selalu tanya; Ya Allah, hari ini saya bisa
belajar apa? Dapat jawabannya, dituliskan, lalu dibagikan. Makanya sekarang saya justru lebih tertarik untuk menulis artikel
setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku. Dengan demikian, maka gagasan saya bisa lebih cepat sampai kepada
orang lain. Bapak Ibu, menulis itu buat diri kita sendiri. Bukan buat orang
lain.
Materi yang bagus sekali. Terimakasih bang Deka. Ilmu yang bisa kita dapat, berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. So teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
Riska Ashar Luthfia Erva, S.Pd. SD
Guru SDN Kendal Rongkop Gunungkidul
Komentar
Posting Komentar