Pengalaman Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor
Resume Materi Keduapuluh Enam
Pengalaman
Menerbitkan Tulisan di Penerbit Mayor
Tanggal : 4 Mei 2020
Waktu : 13.00 - 15.00
Narasumber : Ukim Komarudin
Hari ini
kita akan diberikan materi oleh narasumber yaitu Bapak Ukim Komarudin. Biasa
dipanggil Om Ukin. Tema kali ini adalah tentang Pengalaman Menerbitkan Tulisan
di Penerbit Mayor.
Beginilah pengalaman
narasumber kali ini:
“Pertama, saya
berpikir, menulis merupakan ekspresi pribadi saya. Oleh karena itu, saya merasa
sangat penting agar saya memiliki tempat mencurahkan segala kegelisahan atau
apapun bentuknya. lalu saya menemukan menulis adalah sarana yang tepat buat
saya. Saya tak pernah merasa khawatir, terkait dengan kualitas tulisan saya.
Saya juga tidak perduli dengan ragam
atau apa yang menjadi trend di masyarakat. Pokoknya menulis. Menulis adalah
kebutuhan. Saya merasa menemukan lebih tentang "saya" dengan menulis.
Demikian hal itu terus berjalan hingga jika tidak dilakukan seperti ada sesuatu
yang hilang. Demikianlah saya menulis dengan jujur, sejujur-jujurnya. Apa
adanya.
Selain menulis apa
adanya, saya pun menulis apa saja. Karena saya guru, saya menulis terkait
pelajaran, beragam kegiatan berupa proposal, liputan kegiatan yang harus
dituliskan di majalah, dan menulis buku harian. Begitu setiap saat diisi oleh
menulis.
Hingga sampai suatu
hari, tulisan-tulisan itu mulai dilirik orang-orang terdekat, yang dalam hal
ini teman-teman guru. Satu dua teman berkomentar bahwa tulisan saya bagus.
Istilah mereka, tulisan saya emotif. Kata mereka juga, tulisan saya dapat
membuat pembaca larut dalam cerita. Ada juga yang mengatakan bahwa bahasa saya
sederhana dan mudah dicerna oleh pembaca. Ada juga yang mengaku bahwa
sepenggaltulisan saya dapat dijadikan ceramah atau kultum, dsb.
Karena komentar
tersebut, saya mencoba membukukan tulisan-tulisan saya yang selama ini merekam
semua kejadian karena saya memang senang membuat buku harian. Ada beragam
kejadian, tetapi tema besarnya, yang saya tuliskan merupakan pelajaran seorang
dewasa (guru) dari anak-anak "cerdas" yang menjadi siswanya. Oleh
karena tulisan itu beragam kejadian, beragam waktu, dan dari beragam tokoh,
maka saya menuliskan judul buku tersebut, "Menghimpun yang Berserak."
Sebuah usaha untuk mengumpulkan segenap mutiara yang berserakan dalam kehidupan
yang sangat bermanfaat bagi saya, dan semoga bermanfaat pula buat orang lain
(pembaca).
Demikianlah waktu itu,
saya yang kebetulan menjadi penanggung jawab penerbitan buku di sekolah
menyisipkan karya pribadi, selain karya bersama (berlima) menulis dan berupaya
buku mata pelajaran.
Saya diinterview
terkait dua bagian buku. Pertama, buku bersama yakni buku mata pelajaran.
Kedua, buku pribadi saya, "Menghimpun yang Berserak." Dalam
kesempatan interview itulah saya banyak mendapatkan pengetahuan terkait tips
dan trik menerbitkan buku.
Saya banyak
mendapatkan pelajaran menyangkut hal-hal yang tadinya tidak saya pikirkan.
Pelajaran atau informasi itu awalnya, membuat saya tidak nyaman karena menabrak
prinsip menulis saya. Umpamanya, "Apakah ketika saya menulis buku"menghimpun yang
Berserak" ini sudah memperkirakan akan laku di pasaran?" Kalau sudah
ada, apakah buku saya punya nilai tambah
sehingga pembaca melirik dan membeli buku saya? Untuk kepentingan pasar,
"Apakah saya bersedia apabila beberapa hal terjadi penyesuaian (diganti)?
dst. Terus terang, saya merasa kurang nyaman dengan interview itu. Saya merasa
diam-diam mulai "dipenjara". Inikan ekspresi pribadi saya, mengapa
orang lain bisa mengatur hal-hal yang sangat privasi? Menyebalkan! Begitu,
oleh-oleh pulang dari interview.
Saya yang tersadar
mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan
bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang
menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya
itu, naskah saya sepertinya punya
potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya
saya memang harus dipoles di sana sini.
Saya yang tersadar
mendapatkan ilmu pengetahuan lebi ketika beliau menjelaskan tentang tim yang
akan menyebabkan karya saya dapat dinikmati orang banyak. Beliau menjelaskan
bahwa yang menanyai saya itu mungkin editor. sebab, beliaulah garda depan yang
menentukan naskah itu layak diterbitkan atau sebaliknya. Menurut teman saya
itu, naskah saya sepertinya punya
potensi atau "layak" untuk diterbitkan. Tetapi sebagai pemula, karya
saya memang harus dipoles di sana sini.
Jika nanti naskah itu
bisa melewati editor, maka proses "menjadi" memang mengalami banyak
hal. Ada bagian gambar sampul, ilustrasi, photo jika diperlukan, tata letak,
dan lainnya. Yang jelas, semuanya merupakan tim saya. Kasarnya, semuanya akan
menyukseskan saya, begitu teman saya meyakinkan saya.
Oleh-oleh itulah yang
menyebabkan saya menindaklanjuti pertemuan dengan penerbit. Selain hal-hal yang
umum tentang buku mata pelajaran yang ditulis bersama, saya mengkhususkan
pikiran ke buku "Menghimpun yang berserak". Yang menenangkan, editor
menceritakan bahwa semua hal menangkut buku saya selalu dalam konfirmasi.
Artinya, semuanya akan terjadi jika saya setuju.
Demikianlah saya
menjelani proses, hingga akhirnya ada proses sebelum naik cetak, yang sangat penting dalam proses kreatif
saya, yakni menerima dami atau calon buku yang sama persis jika akhirnya bisa
dicetak. Saya gembira sekali menerima buku dami itu. Terus terang saking
gembiranya, saya menandatangi saja kontrak kerjasama tanpa membaca persentase
yang kelak saya terima. Diduga sikap itu bukan sembrono, tetapi karena memang
saya menulis bukan untuk hal tersebut.
Akhirnya, saya
mendapat konfirmasi ketika saya dapat kabar bahwa ada meeting terkait dengan
terbitnya buku saya. Pertama, saya menerima buku pribadi, kalau tidak salah
jumlahnya hanya 5 buku. Buku tersebut berstempel tidak diperjual belikan.
Kedua, saya diajak bicara terkait dengan teknis launching Buku "Menghimpun
yang Berserak". Ini soal bagaimana membuat buku saya laku. Saat itu saya
sangat bodoh dan kurang dapat memberikan masukan hyang berarti. Ketiga, saya diberitahu
bahwa penerbit menerbitkan jumlah yang diterbitkan pada penerbitan pertama ini
dan kurang lebih 6 bulan kemudian saya baru akan mendapat royaltinya. Untuk
tersebut juga saya tidak pandai memberi masukan.
Peran saya kemudian
adalah mengusahakan buku saya dapat dinikmati orang lain. Kala itu agak sulit
karena media sosial belum sedasyat sekarang. kebetulan saya pembicara, saya
berupaya menjual buku-buku saya pada kesempatan bicara tersebut.
Ada beberapa kejadian
menerbitkan buku kembali, kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya hingga yang
menjelang terakhir buku, "Arief Rachman Guru". Semuanya mirip-mirip
pengalaman dengan penerbit. Kurang lebih, seperti itulahkira-kira. mohon maaf
apabila kurang lengkap. semoga dapat dilengkapi ketika nanti tanya jawab”.
Wow benar –
benar luarbiasa bukan pengalaman beliau? Selanjutnya sesi tanya jawab kali ini dipandu
moderator yaitu Mr. Bams. Mr. Bams menerima pertanyaan – pertanyaan dari para
peserta.
PERTANYAAN 1
Assalamu'alaikum.
Saya Ratna Jumpa dari Sigli Aceh, ingin menanyakan kepada Bapak, bagaimana kriteria layak atau tidaknya sebuah buku
dapat di terbitkan oleh penerbit terutama buku pelajaran. Trima kasih.
Jawaban Om Ukim:
Ibu
Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan.
Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1)
menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya
memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian
lembaga-lembaga pendidikan terbaik. N
Ibu
Ratna yang baik. Memang ada kriteria yang dianggap layak untuk diterbitkan.
Khususnya terkait buku mata pelajaran, biasanya mereka mencari buku: (1)
menunjukkan penggunaan pendekatan baru; (2) lebih lengkap; (3) penulisnya
memang berkualifikasi luar biasa; (4) Naskah renyah (enak dibaca); dan diutakan dari hasil penelitian lembaga-lembaga
pendidikan terbaik.
PERTANYAAN 2
Assalamualaikum
Om Ukim yg budiman, perkenalkan sy Syukri dari SMAN UNGGUL Dharmaraya Padang,
saya bertanya ttg pengalaman om Ukim dalam tulis menulis:
- Jeda berapa lama tulisannya mulai di lirik.
- Media apa t4 mempublish tulisan om pertama kali.
- Gimana latar belakang buku guru juga manusia sehingga bisa best seller, dan buku besy seller tsb brp exsemplar laku dan brp oom dapat royalti dr buku tsb.(maaf agak privasi)
- Dari awal mulai om menulis sanpai sekarang, ada ndak berubah motivasi oom ukim dalam menulis.
- Saat oom di intervew sama siapa, dan apa hal yg sangat berkesan dari intervew tsb.
- Keseharian om ukim seperti apa kesibukannya.
- Apakah buku karya om ukim semua diterbitkan di mayor..
- Buku mengumpulkan yg berserK tsb berapa naskah semua, naskah mana yg paling berkesan dan berapa lama munulis buku tsb.
- Efek hanya pertanyaan, ya jadinya pertanyaannya mengular. Thanks.
Jawaban Om Ukim:
Om
Syukri yang kreatif. Paling lama 6 bulan. Jika tidak ada kabar. Berpindah ke
lain hati (penerbit lain) atau naskah direvisi ulang.
Saya
menulis di buletin sekolah, kemudian buletin pendidikan DKI, lalu buletin
Diknas, dst.
Buku Guru juga Manusia bisa terjual banyak karena
bantuan publikasi media sosial yang saaat itu sudah mulai menggejala. Untuk
buku berikutnya, saya mendapatkan berkah dari medsos itu.
Saya
tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada
yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang
menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik
penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi
berkah buat keluarga.
Saya
tipe penulis. Mungkin, lebih banyak buku yang tidak saya terbitkan daripada
yang saya terbitkan. Saya memang bukan tipe pandai menjual ide. Saya senang
menulis. Yang menarik buat saya tulis, ya saya tulis. Tak peduli tak dilirik
penerbit. Tapi Allah maha pengasih. Beberapa sering dilirik penerbit dan jadi
berkah buat keluarga.
Yang interview dari dulu sampai kini sudah
saya tahu. Pasti dia editor. Dialah penentunya. Saya sering berdoa, dan
ternyata sering benar, "Dia lebih pintar dari saya". Minimal soal
membuat buku saya laku di pasaran.
Semua buku berkesan. Dia seperti anak saya.
Dia ada yang berkembang dan bermakna bagi masyarakat luas. Ada juga yang
diam-diam hanya dibaca sahabat dekat ketika dia terpuruk di sudut kamarnya.
Semuanya saya syukuri. Ia lahir dari saya, saya bangga atas rezekinya.
Demikian ya.
PERTANYAAN 3
Assalamu’alaikum
Mr. Bams
Mau tanya
kepada Pak Ukim Komarudin
Jika menulis
di mayor di kasih waktu berapa lama untuk menulis setelah menyetorkan judul
atau setelah kontrak di berikan, apakah setelah mendapat kontrak menulis di
penerbit mayor, akan di tawari kerja sama lagi setiap tahunnya?
Mohamad Soni
Jombang
Jawaban Om Ukim:
Pak Mohammad Soni yang baik, ketika bertemu
penerbit saya sudah bawa naskah utuh. Dari naskah itu kita mulai bicara.
Saya
sering diminta menulis terus oleh beberapa penerbit karena beberapa buku saya
yang dipergunakan di lembaga pendidikan terbit terus. mungkin sekarang sudah
jilid belasan. Masalahnya di pembagian
waktu atau prioritas. kelemahannya juga ada di saya. Pribadi saya kurang bisa
kompromi. Tapi percayalah, dari karya Bapak yang sungguh-sungguh akan ada
tawaran berikutnya. Masalahnya, Bapak berkenan membagi waktu dan prioritas?
PERTANYAAN 4
Saya ,Sri
Budi Handayani dari Gresik mau bertanya Bagaimana mengetahui gaya selingkung
penerbit.
Jawaban Om Ukim:
Ibu
Sri, saya termasuk orang yang nggak mau belajar tentang itu. Bisa terkuras energi
kita jika memikirkan hal itu. Itu sebabnya, saya menulis untuk diri saya. Jadi,
ketika itu jadi duit, alhamdulillah. Lalu, saya tak mendapat konfirmasi
sekaligus royalti, padahal di belakang saya mereka menerbitkan dan menjual buku
saya. Silakan. Makan tuh rezeki saya semoga jadi amal yangdipakai kebaikan.
Saya kurang suka dengan hal-hal yang diluar jangkauan saya
PERTANYAAN 5
Pertanyaan
pertama
Saya dulu
menulis banyak novel,dan cerpen tapi tidak sampai klimaks sudah bosan.Bagaimana
cara mengatasi nya?
Pertanyaan
kedua,saya suka menulis novel.Tapi,kenapa saya terus mengulang ulang kesalahan
yg sama.Misal tokoh terlalu banyak,jalan cerita mudah ketebak,bagaimana cara mengatasi
nya?
Pertanyaan
ketiga,saya mempunyai asisten penulis novel-->2 teman saya beda kelas dan
teman saya satu kelas.Alasan saya butuh asisten karena mereka sebelumnya pernah
menulis novel di wattpad dan menjadi suka menggambar.Sehingga diharapkan agar
ceritaku bisa dilihat dari sudut pandang bayak orang,tapi apakah langkah itu
sudah betul?
Pertanyaan
ke empat,karena banyak orang yang membatu saya,apakah mereka disertakan dalam
bagian abstrak/pengenalan penulis,editor,yang dihalaman pertama novel?
Bagaimana
cara menulis sesuatu yg sering gagal,agar tidak patah semangat?
Pertanyaan
ke enam,saya seringkali menggambarkan isi novel saya dengan kenyataan yang saya
alami dan sentuhan unsur fiksi,apakah novel itu kira kira laku dipasaran?
Pertanyaan
ke tujuh,saya sering membaca novel remaja lainnya, seperti saga bumi dari Tere
Liye, negeri Lima menara dari Ahmad Fuadi dan yang lain.Untuk mencari
inspirasi,apakah langkah yang saya lakukan sudah benar?
Jawaban Om Ukim:
Bapak siapa, ya?Diduga Bapak salah memilih
kategori ekspresi menulis. Bapak harus menempatkan diri sesuai stamina dan
kecenderungan Bapak. Ada tipe sprinter, maka pilih cerpen. Kalau Marathon,
pilih novel. Mungkin bertahap ya, pak. dari lari jarak pendek karen latihan
akhirnya bisa lari jarak jauh.
Ada
yang disebut, Premis (tema besar). Biasa terdiri atas satu paragraf. Hebatnya,
ia adalah sebuah headline yang memegang pergerakan ide, tokoh, dan alur cerita.
Penulis hebat memulia dari itu, Pak. Percayalah, jika tidak memulia dari situ,
kemungkinannya kalah tenaga, atau ngawur kemana-mana. Saya
tipe orang yang sering menyembunyikan karaya jika belum final. Saya orang
teater, pak. Saya suka membuat kejutan dengan membina puncak-puncak cerita.
termasuk di sini kelahiran anak (karya) saya yang mengejutkan.
Permasalahan
penulis pemula sering serakah. Jadi penulis sekaligus editor. Akhirnya, nggak
jadi-jadi. Baru satu bab dikoreksi. Baru lima lembar disalahkan sendiri. Ya
Ambyar.
Tulis saja, nanti ada jurinya: diri sendiri,
teman penulis, dan akhirnya editor. Jika mereka menganggap tulisan bapak nggal
laku di pasaran, tapi Bapak bilang itu bagus tak apa. Ada suatu masa yang
dikatakan banyak orang jelek, saat itu malah dicari dan dibenarkan orang.
Benar, Pak. Membaca yang banyak dan siapa
saja yang Bapak suka. Hebatnya, Tuhan Mahakreatif dan Penyayang. Kita akan
tumbuh menjadi diri sendiri tidak seperti Tere dan lainnya. Memang ada sedikit
unsur, seperti ... tapi dalam dunia imajinassi itu sah. namanya terinspirasi
oleh…
PERTANYAAN 6
Boleh tanya
pak ,
- Saya baru akan menulis buku , pengalaman bahan utk menulis sudah ada akan tetapi memulai menulisnya kesulitan
- Bagaimana memulai menulis buku yang bisa meyakinkan bagi penulis . Mahmud, Pasuruan
Jawaban Om Ukim:
Pak Makhmud yang berani, Mulailah menulis
dengan membaca buku-buku yang diduga akan mirip ekspresi bentukannya seperti
buku yang akan Bapak buat. Ketika kita datang ke perpustakaan atau toko buku,
kita membaca untuk mendapatkan inspirasi. kadang-kadang, saya membeli buku atas
tujuan seperti itu, Pak.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak
dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah
banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ,
bapak punya standar sendiri.
Tentang meyakinkan memang dimulai dari Bapak
dahulu. kalau Bapak kurang yakin, celakanya pembaca juga demikian. Mulailah
banyak membaca karya-karya yang bagus yang menjadi minat Bapak. Dari situ,
bapak punya standar sendiri.
PERTANYAAN 7
ass. wr wb.
saya hetty setyoningrum dari smpn 1 kaloran temanggung, jawa tengah...ingin
bertanya adakah tips dan trik agar kita bisa menjadi penulis produktif yang
layak diterbitkan? bagaimana cara menumbuhkan rasa percaya diri dalam
menulis(memulainya)? terimakasih. wass.wr.wb
Jawaban Om Ukim:
Sahabatku Hetty, penulis yang baik memang
pembaca yang baik. Banyak-banyaklah membaca sehingga akan mampu menulis. Saya
setuju dengan himbauan menulislah setiap
hari. Tapi tolong disertai membaca agar tulisan kita berkualitas. Itu hukumnya, Het. Menulis (produktif)
pasokannya adalah membaca (receptif).
Manulis saja. Dengarkan respons dari
sekitar. Kita memang membutuhkan orang yang membuat kita terlecut menjadi lebih
baik.
PERTANYAAN 8
Yulus Roma -
Tana Toraja: Luar biasa pengalamannya pak, pertanyaan saya, apakah gaya bahasa
sehari-hari bapak tertuang persis sama dengan gaya menulis di buku? Bagaimana
mengolah bahasa sehari-hari agar renyah dibaca orang? Terima kasih.
Jawaban Om Ukim:
Yulus yang baik, pada akhirnya kita akan
menjadi diri kita sendiri. Termasuk dalam hal karya. Yulus akan menemukan
warna, tipe, dan kekuatan sendiri dalam menulis. Ketika teman-teman Yulus
memuji tulisan Yulus, maka di saat itulah kualitas naik ke permukaan. Teruskan
dan pupuk kekuatan itu. Sampai kalau serpihan tulisan Bapak terjatuh di
jalanan, ada seorang teman yang mengatrakan kepada Anda bahwa ini tulisan milik
Anda. Kita akan bertanya, "kok tahu sih ini tulisan saya?" Dia kan
jawab, "Saya sudah hapal itu Gaya Yulus."
Tak terasa kuliah online hari ini telah selesai,
banyak ilmu yang saya dapat. Terakhir, Om Ukim menutup dengan kesimpulan. Ada
kehebatan dari seorang penulis. Ia jelas ekspresinya. Ia juga punya daya
jangkau dakwah yang lebih luas dalam menebar kebaikan. Ia juga punya legacy
atau warisan untuk pertinggal jejak kebaikannya, yakni tulisannya. Menulislah,
setiap hari. karena anda akan menemukan kebahagiaan; menulis berarti kita
MENCIPTAKAN SEJUMLAH KEBAIKAN.
Riska Ashar
Luthfia Erva, S.Pd. SD
SDN Kendal
Rongkop Gunungkidul DIY
Komentar
Posting Komentar